Sering kali ketika kita mendengar orang membicarakan sepakbola negara kita, para komentator, entah itu orang awam atau bahkan wartawan sepakbola berkata, ‘kita ini bangsa besar, penduduk kita 200juta jiwa lebih, masa nemuin 11 orang yang bisa maen bola saja ga bisa’. Saya pikir itu adalah korelasi yang kurang tepat. Apa hubungannya jumlah penduduk dengan kemampuan bermain sepakbola. Jika korelasi itu benar-benar berfungsi berarti RRC sudah juara piala dunia berpuluh-puluh kali, karena RRC memiliki penduduk semiliar. Sepak bola tidak bisa dirumuskan dengan matematika, tidak bisa diprediksi dengan lemparan dadu, atau apalah dan yang jelas tidak bisa dikorelasikan dengan jumlah penduduk. Kita memang punya penduduk 200 juta jiwa lebih tapi tak ada yang benar-benar terlatih, apalah gunanya itu. Bisa saya katakan 1 orang pintar lebih berguna daripada 10 orang bodoh. Maaf mungkin agak kasar, hmm kita bilang saja penduduk kita kurang terlatih.
Kalau dicermati lebih dalam lagi kata-kata penduduk 200 juta jiwa itu juga masih kurang tepat. Begini, yang kita bicarakan ini adalah sepakbola laki-laki (tanpa merendahkan atau mengabaikan peranan wanita), katakanlah penduduk laki-laki sebesar 45% dari 200 juta atau sekitar 90 juta jiwa. Dari 90 juta jiwa itu yang berumur antara 18-35 tahun katakanlah sebesar 40% atau sekitar 36 juta jiwa. Jadi SDM kita yang bisa diharapkan bisa bermain sepak bola saat ini adalah 36 juta jiwa. Itu berarti kalimat inti di awal tadi harus dirubah menjadi, ‘kita ini punya potensi 36 juta orang yang bisa diberdayakan menjadi pemain sepakbola hebat tapi kenapa ga bisa berprestasi’.
Ada lagi yang sering dilemparkan ke publik akhir-akhir ini. Kalimat ‘kita harus buat kompetisi (liga) yang baik agar dapat menciptakan timnas yang berprestasi’. Saya pikir itu tidak sepenuhnya tepat, ada benarnya tapi kurang tepat. Begini kita ambil contoh Inggris. Sepakbola modern saat ini konon yang menyempurnakan adalah negara tersebut, lalu Liga Inggris adalah salah satu liga terbaik di dunia, bisa dikatakan terbaik malahan. Tapi kita lihat apa prestasi timnas Inggris? Mereka juara piala dunia baru sekali yaitu tahun 1966, itupun karena dilaksanakan di tanah sendiri. Ambil contoh sebaliknya, negara-negara di Afrika seperti Pantai Gading, saya pikir negara ini tidak mempunyai liga yang baik dan bahkan negara-negara disekitarnya tidak mempunyai liga profesional. Tapi kita lihat kualitas timnasnya, walaupun tidak mencecap juara di kancah internasional, akan tetapi mereka sudah dipandang sebagai kekuatan baru dunia sepak bola. Kenapa mereka bisa membentuk timnas yang hebat? Karena pemain-pemain mereka bagus. Kenapa pemain mereka bagus? Karena sejak kecil mereka sudah dilatih sepakbola dengan baik, banyak dari permain Afrika ketika kecil berlatih di klub-klub profesional Eropa, hal ini jelaslah meningkatkan kemampuan sepak bola mereka. Tidak jarang pemain-pemain Afrika itu tidak pernah bermain di liga negara asalnya, karena memang liganya tidak bagus, tapi hasilnya mereka adalah pemain top. Jadi untuk membangun sebuah timnas yang tangguh (saya katakan tangguh bukan berprestasi, karena juara itu tidak bisa dipastikan) parameternya tidak cuma liga yang baik, akan tetapi pemain yang terlatih. Kirim saja ratusan anak-anak berlatih di Eropa atau Amerika Latin, 10 tahun lagi pasti kita punya timnas yang mumpuni. Jika kita hanya berteriak tingkatkan kualitas liga Indonesia, tapi pemainnya hanya latihan seperti saat ini sampai 50 tahun lagi juga ga bakal masuk Piala Dunia (kecuali Piala Dunia dilaksanakan di tanah kita).
analisis yang sangat dalam dari bung dalijo.. semoga bisa menjadi koreksi bagi pengurus PSSI yang isinya hanya gontok2an saja.. maju terus bung.. maju terus sepakbola indonesia..
BalasHapus