Prajurit keluar dari Pratjimosono, tempat persiapan prajurit |
Sekitar 1500 tahun yang lalu
tepatnya 20 April 570 atau dalam kalender Arab pada 12 Rabiulawal tahun Gajah,
seorang Nabi besar pembawa Agama Islam dilahirkan, beliau adalah Muhammad SAW.
Sampai sekarang hari kelahirannya masih diperingati oleh umatnya, tak
terkecuali oleh Keraton Yogyakarta dengan rangkaian acara yang disebut Sekaten.
Sekaten sejatinya berasal dari
kalimat Syahadatain, oleh lidah orang Jawa pelafalannya dipermudah menjadi
sekaten. Konon Sekaten berawal saat zaman Kerajaan Demak, saat raja pertamanya
yaitu Raden Patah menyiarkan agama Islam. Saat itu masyarakat Jawa mayoritas
masih menganut agama Hindu dan sebagian lagi beragama Budha, dan hampir
semuanya menyenangi kesenian gamelan. Hal ini digunakan oleh Raden Patah untuk
menarik simpati masyarakat, dia berdakwah dibantu oleh para wali dengan menggunakan
iringan gamelan. Akhirnya masyarakat yang datang diajak memeluk agama Islam
dengan membaca 2 kalimah syahadat atau yang disebut Syahadatain.
Prajurit yang bertugas meniup seruling |
Sampai saat ini, gamelan masih
menjadi maskot Sekaten. Pada tanggal 5 Rabiulawal gamelan dikeluarkan. Ada dua
set gamelan yang diikutkan tradisi ini yaitu Kyai Gunturmadu dan Kyai
Nogowilogo. Keduanya lalu ditempatkan di Masjid Agung Keraton Yogyakarta. Tiap
malamnya gamelan tersebut dimainkan bersamaan sekaligus menjadi ajang dakwah
Agama Islam sampai malam terakhir sebelum puncak acara atau tepatnya dimainkan
selama seminggu. Diakhir penampilan gamelan ini biasanya Sultan atau yang
mewakili juga hadir di Masjid sekaligus menyebar ‘udik-udik’ atau uang koin.
Konon udik-udik ini merupakan sedekah Sultan untuk rakyatnya.
Para pengusung gunungan |
Prajurit berbaris |
Dalam perkembangannya Sekaten
menjadi ajang hiburan masyarakat. Pasar malam yang meriah mengikuti peringatan
sakral ini, namanya pun seacara resmi mengiringi Sekaten yaitu Pasar Malam Perayaan
Sekaten (PMPS). Bahkan jauh sebelum puncak acara, pasar malam sudah dimulai,
mungkin sekitar satu bulan sebelumnya. Berbagai permainan tersedia, ada
bianglala (ferris wheel), carousel(kuda-kudaan), boom-boom car, dan banyak lagi
permainan lainnya. Tidak ketinggalan tenda-tenda yang menjual barang rumah
tangga, pakaian, makanan maupun mainan anak-anak. Selama sebulan itu pula
Alun-alun Utara yang menjadi arena dijejali masyarakat yang ingin melihat
hiburan tersebut. Hiburan rakyat yang ditunggu-tunggu dan menjadi agenda wisata
tahunan.
Puncak acara dari keseluruhan
acara ini adalah Garebeg atau Grebeg. Sesuai dengan hari lahir Nabi Muhammad
SAW yaitu 12 Rabiulawal itulah puncak sekaligus akhir acara. Garebeg ini
disebut Garebeg Mulud, karena dalam kalender Jawa, Rabiulawal disebut dengan
Mulud (Maulud/Maulid atau hari lahir). Sebenarnya ada 3 Garebeg yang diadakan
Kraton dalam setahun, selain Garebeg Mulud ada Garebeg Syawal saat Hari Raya
Idul Fitri dan Garebeg Besar saat Hari Raya Idul Adha.
Tiap diadakan Garebeg, Keraton
membuat beberapa gunungan yang berisi beras ketan, makanan, buah-buahan dan
sayur-sayuran. Dari ketiga garebeg tersebut gunungan yang disediakan
berbeda-beda jumlahnya. Gunungan tersebut ditandu oleh para abdi dalem dan
dikawal sepuluh macam (bregodo/kompi) prajurit Kraton yaitu Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis. Mereka
berbaris layaknya defile dengan diiringi suara alat musik tradisonal yang khas. Beberapa
tahun terakhir ini gajah Keraton juga ditampilkan. Sekitar jam 9 pagi acara
dimulai diawali dari Kemandungan yang berada di dalam Kraton selanjutnya gunungan
dibawa melewati Sitihinggil dan Pagelaran lalu dibawa ke Masjid Agung untuk
didoakan. Setelah didoakan, satu set gunungan biasanya langsung diperebutkan di
depan Masjid. Sedangkan gunungan yang lain dibawa ke Pura Pakualaman. Beberapa
tahun terakhir ini ada tambahan gunungan yang dibawa ke Kepatihan yang merupakan
kantor Gubernur Yogyakarta dengan maksud untuk lebih mendekatkan pada rakyat
banyak.
Bregodo Wirobrojo bersiap menuju Sitihinggil |
Sama seperti tahun-tahun
sebelumnya Garebeg tahun ini juga berlangsung begitu meriah. Masyarakat
berjubel untuk melihat event tahunan ini. Di sepanjang jalur yang dilewati
iringan gunungan semua berebut untuk berada paling depan, tak hanya fotografer
semua penonton ingin menjadi saksi paling depan.
Gunungan merupakan sedekah Sultan
beserta seluruh lapisan Kraton kepada masyarakat sebagai bentuk rasa syukur
kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Pada awalnya pihak Kraton memang
bermaksud memberikan apa yang masyarakat butuhkan yaitu bahan makanan, akan
tetapi lambat laun masyarakat memanfaatkan isi gunungan itu dengan kepercayaan
bahwa barang-barang itu akan memberi keberuntungan dalam hidup. Selanjutnya ada
yang menanamnya agar hasil pertanian meningkat, ada juga yang menyimpannya agar
hidupnya tenang. Masyarakat Jawa masih kental mempercayai hal tersebut.
Gunungan yang akan dibawa ke Kepatihan saat melewati titik nol kilometer |
Gajah yang ikut iring-iringan |
Gunungan yang menuju ke Pura Pakualaman |
Meski tergerus oleh pergerakan
waktu, namun Sekaten tetaplah eksis dan selalu ditunggu-tunggu. Acara ini semoga
tetaplah lestari mengingat maksud baik yang mendasarinya yaitu peringatan hari
lahir Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat seluruh alam, semoga hal ini juga
membuat kita bisa meneladani apa yang telah Nabi contohkan dalam hidupnya.
Amin.
Beberapa informasi bersumber dari wikipedia
*click foto untuk memperbesar ukuran
Beberapa informasi bersumber dari wikipedia
*click foto untuk memperbesar ukuran
tradisi ini harus terus di lestarikan, beberapa kali niat mau datang ke jogja pas acara ini tapi blm perna kesampean sampe sekarang #hadehhhh
BalasHapusdisempatin mas..ada tiga grebeg dalam setahun lho tapi emang grebeg sekaten yang paling meriah karena ada banyak prosesi yang mengiringi dan ditambah pasar malem,hehe
HapusFotonya keren...dan ceritanya juga keren...
BalasHapusMunkin suatu hari nanti saya kudu nonton Gunungan di Yogya... :)
makasih mas :)
Hapusiya mas lihat yg d Jogja, jgn yg d Solo aja (padahal saya jg blm pernah liat yg d Solo) hehe
jadi pengen kesana... soalnya dapat tiket gratis dari airpaz.com neh...
BalasHapus