Akhir tahun hampir setiap hari
cuaca dihiasi dengan rintikan air hujan dan suhu yang agak dingin. Begitu juga
hari itu. Suhu yang dingin ini membuat perut menjadi semakin mudah lapar.
Meskipun sebenarnya di suhu seperti apapun perut saya juga cepat lapar. Obat
dari rasa lapar itu tentu saja dengan makan dan beruntungnya siang itu ada
ajakan makan dari seorang teman yang ingin berbagi rezeki.
Tujuan makan kali ini agak jauh
dari tempat kami tinggal, letaknya di dekat pantai, tepatnya di Desa
Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Tempat ini dilewati oleh
jalan raya Denpasar-Karangasem, tidak jauh dari Goa Lawah, yang merupakan salah
satu tempat persembahyangan umat Hindu.
Warung Mertha Sari |
Spesial ikan tuna, begitulah menu
yang ditawarkan oleh warung makan yang kami kunjungi. Namanya adalah warung
lesehan “Mertha Sari”. Walaupun ada embel-embel lesehan, tapi bila ingin makan
dengan duduk di kursi juga ada. Letaknya tidak berada persis di pinggir jalan
raya tetapi masuk ke dalam sekitar 500 meter. Meskipun tidak di pinggir jalan
besar, warung ini hampir setiap hari selalu ramai dikunjungi karena memang
sudah cukup terkenal kelezatan olahannya.
Menu spesialnya adalah sate tuna yang
penyajiannya dililit pada sebatang bambu kecil, bukan lidi sebagaimana umumnya
sate di Jawa. Oleh karena itu banyak juga yang menyebutnya dengan sate lilit.
Selain sate lilit menu tambahannya ada sate yang bentuknya agak beda, yaitu
irisan daging tuna yang dipotong lalu ditusuk dengan batang bambu yang ukurannya
lebih kecil (hampir seukuran dengan lidi) dan dilumuri dengan bumbu yang
berbeda dengan sate lilit yang tadi. Sajian tuna yang lain adalah pepes atau
orang setempat menyebutnya dengan tum, bentuknya sepeti tempe kecil. Tidak
lengkap kalau menu ‘kering’ tersebut tidak diikuti dengan menu ‘basah’.
Semangkuk kecil kuah dengan daging tuna siap membasahi lambung, mirip-mirip
seperti gulai tuna. Menu tuna tersebut dipadukan dengan plecing dan kacang
sebagai lalapannya ditambah sambel matah. Benar-benar menggoda selera.
Sate dan tum tuna |
Letak warung Mertha Sari yang
berada di Desa Pesinggahan ini membuat nama desa tersebut menjadi lebih
terkenal dan identik dengan warung tuna. Pesinggahan ya Mertha Sari. Jika
ditanya mau makan di mana, kalau dijawab Pesinggahan maka kemungkinan besar
mengacu ke Warung Mertha Sari. Karena letaknya tidak jauh dari pantai, membuat
bahan baku ikan tuna segar tidak susah didapat. Karena letaknya itu pula warung
ini menjadi ada. Konon dulu awalnya karena banyak ikan tuna lalu muncullah ide
untuk membuat masakan dari tuna, hingga akhirnya berdirilah warung ini.
Sekarang karena permintaan sate tuna terus meningkat, pasokan tuna dari Pantai Pesinggahan
kadang tidak mencukupi sehingga harus mencari pasokan ikan tuna dari tempat
lain.
Awal mula |
Beberapa menit kemudian |
Kami memilih untuk duduk lesehan.
Tempat lesehan tidak di lantai dengan gelaran tikar atau karpet tetapi di atas
bangku kotak yang kira-kira bisa menyangga sekitar empat orang. Karena kami berjumlah
lima orang dan badan teman-teman saya cukup besar, maka dua bangku dijadikan
satu agar muat.
Rasanya memang lezat. Sate, tum, gulai tuna dipadu dengan kacang dan sambel matah, josss. Sampai-sampai nasi sepiring
terasa kurang, empat dari lima orang rombongan kami meminta tambahan masing-masing
satu piring lagi, termasuk saya.
Berapa harga seporsinya bro? harga anak sekolahan atau anak kantoran? :)
BalasHapusantara 20-30 ribu bro (maklum ditraktir jd ga tau harga persisnya) hehe
Hapusalamakkk enak bgt :)
BalasHapushihihi iya mbak Feb,josss :))
Hapusenak banget kayaknya..mau dooonk...
BalasHapussini kak ;)
Hapus