• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Senin, 24 Februari 2014

Review : Bercumbu dengan Cozmeed 18010 X-60 Chumbu Step

15.54 // by dalijo // // 37 comments

Cozmeed 18010 X-60 Chumbu Step
Dalam traveling bisa membawa barang bawaan dengan nyaman adalah suatu kebutuhan. Untuk itu ada yang menganggap nyaman membawanya dengan koper yang bisa didorong atau digeret tetapi ada pula yang merasa sangat nyaman dengan menggendong backpack dipunggungnya. Pun situasi perjalanan juga bisa menentukan tas seperti apa yang nyaman untuk dibawa.

Cozmeed 18010 X-60 Chumbu Step
Desain yang eye catching
Saya sendiri adalah golongan yang sering membawa backpack, selain karena sudah terbiasa dari dulu juga karena merasa lebih mudah ketika berpindah tempat. Jujur saja fasilitas jalan dan trotoar di Indonesia belumlah bagus, jika harus menggeret koper di jalan seperti itu justru menyulitkan. Iya, saya bukan tipe traveler yang menggunakan jasa travel agen yang sudah tertata rapi segala rencananya dan bisa dengan nyaman duduk di mobil menuju tempat penginapan maupun objek yang akan dituju. Jadi jarang sekali memilih koper sebagai tas traveling.

Belum lama ini saya melakukan perjalanan selama 23 hari di Nusa Tenggara Timur. Selama itu saya membawa beberapa pakaian dan beberapa peralatan yang diperlukan selama traveling. Tidak sedikit tapi juga tidak terlalu banyak, standar lah. Untuk memuat barang-barang tersebut saya menugaskan tas carrier/keril andalan saya yaitu Cozmeed 18010 X-60 Chumbu Step.


Seperti kalimat pembuka di atas, kenyamanan adalah hal yang sangat dibutuhkan. Bayangkan dengan lama perjalanan dan jauhnya jarak seperti itu, tubuh sangat rentan dengan kelelahan, jika masih ditambah dengan ketidaknyamanan saat membawa tas, lengkap sudah penderitaan. Kita traveling untuk merefresh tubuh dan jiwa kita, jangan sampai tujuan itu sirna dengan salah memilih tas. Untungnya tas Cozmeed punya saya bekerja sesuai dengan harapan, nyaman digendong.
Cozmeed 18010 X-60 Chumbu Step
Backpack system yang enak di punggung

Lalu kenapa tas ini bisa nyaman? Strap di pundak cukup empuk dan lebar jaraknya pas dengan ukuran standar orang Indonesia. Karena Cozmeed memang produk dalam negeri yang sedang menggeliat tentu desainnya memperhatikan bentuk tubuh orang lokal tetapi dengan citarasa internasional. Ransel ini adalah produk yang masih sangat baru dengan desain yang baru juga. Selanjutnya backpack system yang dibuat sangat enak dipunggung. Hal ini karena antara tas dengan punggung dipisahkan oleh semacam jaring kuat yang membuat adanya space. Space inilah yang membuat punggung tidak terasa gerah, yang terasa adalah silirrr.


Volume X-60 Chumbu Step ini adalah 60 liter. Tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil, cukup buat saya yang kadang sering membawa barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu urgent dibawa saat traveling. Yang cukup membuatnya menarik adalah adanya retsletting yang bisa membuka tepat di tengah-tengah badan keril. Tas keril umumnya bagian utamanya hanya ada satu akses dari atas saja, jadi barang yang kita posisikan paling bawah susah untuk diambil, barang di atasnya harus dikeluarkan terlebih dahulu. Masalah ini bisa di atasi oleh tas satu ini.

Cozmeed 18010 X-60 Chumbu Step
Bagian tengah yang bisa dibuka
Bagaimana dengan harganya? Saya pikir harganya cukup terjangkau untuk kantong para traveler. Saat ini merk-merk terkenal mematok harga tas untuk ukuran volume yang sama di atas 1,2 juta, tentu karena mereka sudah memiliki nama yang jauh lebih terkenal dan pasti memiliki fitur-fitur yang memang mumpuni. Akan tetapi jika ingin memiliki tas dengan kualitas yang tidak terlalu berbeda jauh dan budget yang jauh lebih rendah, tas ini ada di daftar paling atas. Lagi pula desain dan paduan warna yang eye-catching menjadi bonus yang tidak bisa diabaikan.


Ketika hendak membeli suatu produk kita semua pasti tidak akan melupakan tentang keawetan suatu produk. Selama 23 hari perjalanan saya, tas ini bekerja dengan sangat baik dan tak ada tanda-tanda cacat. Saya yakin ke depan, berpuluh-puluh atau bahkan ratusan hari traveling tas keril X-60 Chumbu Step masih mampu menemani saya.

Sabtu, 22 Februari 2014

Jalan ke Waerebo

05.21 // by dalijo // , , , // 41 comments

WaereboSebuah desa terpencil itu kini semakin dikenal luas bahkan lebih dikenal dunia dahulu daripada di negerinya sendiri. Orang setempat mengistilahkan Waerebo lebih dahulu mendunia setelah itu baru meng-Indonesia.

Kampung Waerebo terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat. Dikungkung gunung-gunung membuatnya terisolasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakatnya harus berjalan kaki menembus hutan sepanjang 9 kilometer untuk sampai ke Denge, desa paling dekat.


Lalu bagaimana jika kita ingin mengunjungi Waerebo? Penduduk Waerebo jika ingin melihat dunia luar adalah menuju Denge terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya jika kita ingin menuju Waerebo, kita harus ke Denge juga. Untuk menuju Denge menggunakan transportasi umum dimulai dari Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Ada penerbangan langsung ke Ruteng dari Denpasar, hanya saja tidak setiap hari. Lebih mudah untuk ke Labuan Bajo terlebih dahulu baru dilanjutkan menggunakan bus atau travel menuju Ruteng.
Waerebo
Oto kayu menuju Denge/Dintor
Transportasi dari Ruteng ke Denge atau Dintor (Dintor adalah desa di dekat Denge) tidaklah banyak. Ada bemo, semacam angkot, yang beroperasi tidak setiap hari. Yang setiap hari tersedia adalah oto kayu, truk yang bagian bak belakangnya disulap dengan papan-papan untuk tempat duduk penumpang. Oto kayu ini pun hanya ada dua (kadang cuma satu) yang beroperasi. Mereka berangkat dari Terminal Mena di Ruteng sekitar jam 9 sampai 10 pagi. Sampai di Denge sekitar jam 2 siang. Jika ingin lebih fleksibel waktunya bisa menggunakan ojek, tapi harus siap terjaga selama perjalanan.
Waerebo
Homestay Wejang Asih, Denge
Di Dintor ada sebuah penginapan namanya Waerebo Lodge, yang dimiliki oleh Pak Martinus Anggo, orang Waerebo asli. Sedangkan di Denge, desa terakhir sebelum perjalanan menuju Waerebo, ada homestay Wejang Asih milik Pak Blasius Monta, juga orang Waerebo. Di dekat homestay Wejang Asih ini pula terdapat Pusat Informasi dan Perpustakaan Desa Waerebo. Pak Blasius Monta dan Pak Martinus Anggo adalah dua orang yang sering mempromosikan Waerebo sebagai tempat wisata. Mereka ini masih memiliki hubungan keluarga, tepatnya saudara sepupu.

Untuk memulai trekking menuju Waerebo, sebaiknya dilakukan pagi-pagi sekali karena sekitar 3-4 kilometer awal perjalanan tidak tertutup oleh pepohonan yang rindang. Jadi apabila trekking siang hari akan tersengat sinar matahari yang akan mengucurkan keringat. Bukan berarti untuk menghindari matahari lalu memilih jalan malam, karena hal ini tidak diperbolehkan. Trek yang dilalui merupakan tanah yang labil dan rawan longsor jadi sangat berbahaya jika trekking dilakukan malam hari.
Waerebo
Hutan menuju Waerebo

3-4 kilometer awal perjalanan adalah jalanan yang cukup untuk pemanasan. Tanjakannya belum terlalu curam dan jalanannya tidak sempit. Trek selanjutnya adalah jalan setapak di tengah hutan yang sangat rimbun. Beberapa kali jalurnya berada di pinggiran tebing yang langsung berbatasan dengan jurang yang sangat dalam. Jalanannya menanjak terus sampai di titik jarak 2400 meter sebelum Desa Waerebo, setelahnya adalah jalan datar. Jika saat musim hujan, tanah sangat licin dan banyak lintah, jadi kewaspadaan harus lebih tinggi. Kurang dari satu kilometer jalanannya turun dan melewati kebun kopi. Kira-kira 3-4 jam trekking untuk mencapai Waerebo.

Selanjutnya penduduk Waerebo akan menyapa dengan sangat ramah dan senyum yang sangat manis. Selamat datang di Waerebo…

Waerebo
Waerebo

Informasi :
Travel Labuan Bajo – Ruteng : 70 ribu (4-5 jam)
Oto kayu Ruteng – Denge/Dintor : 30 ribu (4 jam) dari Ruteng sekitar jam 9-10 pagi. Dari Denge/Dintor – Ruteng oto kayu start pagi-pagi sekali dari jam 3-5 pagi
Ojek Ruteng – Dintor/Denge : 150ribu-200ribu
Homestay Wejang Asih : 175 ribu/hari/orang dapat makan selama tinggal, hubungi Pak Blasius Monta 081339350775 (sms saja karena sinyal sulit)
Guide/porter ke Waerebo (wajib) : 150ribu
Menginap di Waerebo : 250ribu/orang (dapat makan selama tinggal) jika tidak menginap membayar 100ribu/orang
Sebelum berkeliling desa pengunjung harus masuk ke rumah utama (rumah gendang) dan disambut dengan Upacara Wae Lu'u terlebih dahulu untuk memohon ijin kepada para leluhur untuk menerima tamu. Siapkan uang 20ribu/rombongan atau seikhlasnya sebagai sesaji.

Tulisan lain tentang Waerebo >> Pariwisata Menyelamatkan Waerebo