Di
pesisir pantai timur Bali tepatnya di bagian timur laut, pagi-pagi sekali kami
menjemput mentari untuk segera melaksanakan tugasnya, menyinari bumi. Badan
sebenarnya masih sedikit letih setelah tadi malam memacu sepeda motor menempuh
jarak sekitar 100 km dari daerah Kuta menuju tempat kami sekarang berada,
Tulamben. Punggung masih pegal dan pantat terasa kebas. Tapi untuk mendapatkan
hadiah yang indah memang butuh pengorbanan.
Sejatinya
Pantai Tulamben bukanlah pantai yang indah apabila definisi pantai indah itu
adalah pantai dengan pasir putih. Jangankan pasir putih, di Tulamben bahkan susah
menemukan pasir hitam. Pantai ini didominasi oleh kerikil hitam atau bahkan
batu-batu besar bukan pasir. Hal itu pula yang menyebabkan nama daerah ini disebut
dengan Tulamben. Kata itu berasal dari batulambih
yang berarti banyak batu. Hal ini dikarenakan batu yang banyak bertebaran di
sana berasal dari erupsi Gunung Agung yang memang tak terlalu jauh letaknya.
Batulambih lalu berubah menjadi Batulamben dan selanjutnya sekarang dikenal
dengan Tulamben. Pagi ini keanomalian pantai itu diselamatkan oleh sunrise yang
begitu menawan.
|
Tulamben pagi hari |
|
Gunung Agung yang tidak terlalu jauh dari Tulamben. Foto dari Budi Setiawan |
Tak
disangka dibalik keanehannya ada keindahan yang tersembunyi di dalam air
lautnya. Sekitar 25 meter dari bibir pantai, hanya sekitar 30 meter (ujung
atasnya hanya 5 meter) dari permukaan air laut teronggok rongsokan kapal kargo Amerika di perang dunia ke 2. Itulah USAT Liberty yang karam setelah
terkena torpedo pasukan Jepang. Berdasarkan sejarah yang ada, pada Januari 1942
kapal tersebut sedang dalam perjalanan dari Australia menuju Filipina melewati
selat Lombok. Selanjutnya kapal selam pasukan Jepang menghentikan misi itu
dengan menembakkan torpedo. Kejadian ini lokasinya tidak di dekat Tulamben,
tapi malah lebih dekat dengan Lombok. Selanjutnya kapal yang sudah rusak
tersebut hendak diselamatkan dan dibawa ke pelabuhan Singaraja oleh dua kapal
perang lain. Namun karena USAT Liberty sudah terisi banyak air membuatnya susah
dibawa hingga hanya sampai Pantai Tulamben saja bisa dibawa. Pada tahun 1963
ketika Gunung Agung meletus mengakibatkan gempa dan tanah longsor di sekitar
Pantai Tulamben mengakibatkan kapal Liberty tenggelam hingga sampai 25 meter
dari bibir pantai. Selanjutnya lambat laun kapal itu ditumbuhi koral dan menjadi
tempat bermain ikan hingga sekarang menjadi lokasi favorit menyelam di Bali.
|
Para penyelam siap untuk diving di pagi hari |
Di
waktu yang masih sepagi ini sudah banyak yang bersiap untuk diving.
Tabung-tabung oksigen terlihat digendong dipunggung para diver yang kebanyakan
para bule. Lalu selanjutnya mereka menghilang di kedalaman laut. Saya dan teman
saya tidak akan melakukan hal yang sama, kami hanya akan snorkeling. Kami belum
punya kemampuan untuk menyelam.
Kami
menyewa peralatan snorkeling dan pelampung. Ya kami masih perlu pelampung.
Untuk saya karena saya memang tidak mahir berenang, sedangkan teman saya meskipun ahli
berenang dia masih newbie dalam hal
snorkeling. Kami tetap menggunakannya untuk keselamatan dan keamanan, meskipun terlihat tidak keren.
Terumbu
karang yang ada tidak tumbuh rapat bahkan jarang, namun di sekitar rongsokan
kapal banyak sekali ikan yang bergerombol dengan sesama jenisnya. Ukuran
ikan-ikannya pun bisa dibilang lumayan besar. Dalam pandangan saya, visibilty nya tidak terlalu bagus,
mungkin karena dasarnya adalah batu hitam jadi terlihat agak gelap.
Dengan
hanya snorkeling memang membuat kami tidak leluasa melihat bentuk kapal dan
mengamati dengan detail reruntuhannya. Tapi kami cukup beruntung karena saat
berada tepat di atas shipwreck
terlihat seekor penyu yang dengan anggun berenang. Ini pertama kalinya saya
melihat penyu di alam bebas. Dia berenang di antara gelembung-gelembung udara
yang keluar dari para penyelam yang ada di bawah sana. Ahhh para penyelam itu
membuat saya iri. Saya ingin menyelam juga.
view underwaternya cakep mas :D
BalasHapusiya untungnya temen bawa camera underwater :)
HapusFoto Nemo-nya dramatis banget... Baca ini jadi makin yakin kalo next trip ke Bali kudu ke sisi lain selain selatan biar bisa lihat yang bener-bener masih indah :-)
BalasHapusyoi broo,,bagian selatan sudah terlalu 'bukan bali' :D
HapusMantap, bro! Jujur, belum pernah nyelam (freedive) di Tulamben, next time musti coba! :)
BalasHapusaku jg blum pernah klo freedive om gio, itu yg moto guide nya,wkwkwkw
Hapus