Ketergantungan hidup kita terhadap sumber energi fosil sudah terlalu berlebihan. Dari kota metropolitan sampai desa yang sangat terpencil membutuhkan minyak untuk mendukung berlangsungnya kehidupan. Barang itu dijadikan sebagai bahan bakar untuk memasak, sumber listrik dan sumber energi untuk kendaraan. Banyak daerah yang belum terjamah listrik dari PLN pun menggunakan mesin diesel dengan solar untuk selanjutnya disalurkan ke beberapa rumah penduduk.
Desa-desa yang memiliki sawah, peternakan dan berada dekat sungai sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi desa yang mandiri dalam hal energi. Tidak sepenuhnya bebas dari minyak bumi tapi setidaknya secara signifikan bisa mengurangi ketergantungannya.
Konsep
sustainable village ini secara umum
adalah memanfaatkan potensi yang ada dan mengolah kembali limbah dari suatu
proses untuk dimanfaatkan sebagai potensi lain. Jadi semua hal memiliki andil
dan tidak terbuang percuma, termanfaatkan dan berdaya guna.
Konsep Desa Mandiri Energi |
Peternakan
Ternak
sapi atau kerbau memiliki fungsi banyak. Tenaganya bisa digunakan sebagai
pembajak sawah. Kotorannya bisa dijadikan sebagai sumber biogas, juga bisa
dijadikan pupuk. Dagingnya bisa menjadi sumber daging bagi warga. Jika sapinya
adalah jenis sapi perah, susunya bisa menambah gizi dan bisa dijadikan penambah
pendapatan warga.
Biogas
Dari
beberapa fungsi peternakan di atas, saya akan menyoroti tentang biogas karena
potensi ini bisa mengurangi penggunaan energi yang berasal dari minyak bumi.
Secara
umum pengertian biogas adalah gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan
organik seperti kotoran manusia atau hewan, limbah rumah tangga, dan sampah
organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dari biogas
adalah gas metana dan karbondioksida. Metana adalah gas yang sama dengan gas
alam, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak atau untuk
penerangan, bahkan jika dikembangkan lagi bisa digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan maupun sumber energi untuk menghasilkan listrik. Untuk aplikasi yang
sederhana hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.
Skema biogas (sumber) |
Kotoran
hewan dari peternakan diolah dalam instalasi biogas (biodigester) yang selanjutnya
menghasilkan gas. Jika dalam peternakan terpadu, di mana semua ternak dari satu
desa dikumpulkan jadi satu dalam sebuah peternakan, maka biodigester dibuat dalam skala besar, selanjutnya masyarakat bisa mengisi ulang tabung(atau
penampung) gas mereka dari peternakan tersebut. Akan tetapi apabila tiap
pemilik ternak memiliki kandang sendiri di rumah, maka biodigester dibuat
dengan skala kecil sesuai dengan jumlah ternak. Dengan posisi yang dekat dengan
rumah maka bisa langsung dihubungkan dengan pipa ke tabung (penampung) gas dan
selanjutnya dihubungkan dengan kompor.
Slurry atau limbah dari biogas tersebut
masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Karena justru kotoran ternak yang sudah
dihilangkan kandungan gasnya tersebut merupakan pupuk organik yang sangat kaya
akan unsur-unsur yang diperlukan tanaman.
Saat
ini di Indonesia memang kebanyakan sumber biogas hanya berasal dari kotoran
ternak akan tetapi di beberapa negara lain, kotoran manusia dan limbah organik
juga dimanfaatkan. Jadi (maaf) kita membuang hajat di WC di rumah kita lalu
septic tanknya dihubungkan dengan instalasi biogas, selanjutnya hasilnya
dikembalikan lagi ke rumah kita dalam bentuk gas untuk memasak. Kita memberi
kita juga mendapat hasilnya.
Sawah/Ladang
Sebagai
sumber untuk memenuhi pangan bagi warga desa, sawah membutuhkan pengairan,
pupuk dan dibajak. Pengairan diperoleh dari sungai sedangkan untuk membajak dan
pupuk di dapat dari peternakan. Memang traktor akan membajak lebih cepat dan
lebih kuat, tapi memanfaatkan hewan ternak juga tak ada salahnya. Lagipula
ternak juga makan dari rumput yang ada di sawah atau jerami padi. Mereka pada
dasarnya saling membutuhkan.
Sawah yang merupakan sumber kehidupan |
Dari
proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam (bagian luar/pembungkus bulir
padi) sekitar 20-30% dari bobot gabah, dedak (kulit ari) sebanyak 8-12% dan
beras giling antara 50-63,5%.
Dedak
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ayam atau bebek. Sedangkan sekam yang
hasilnya cukup besar dalam proses penggilingan selama ini dianggap sebagai
limbah. Yang paling umum pemanfaatannya adalah sebagai pelengkap bahan bakar
dalam pembuatan gerabah, genteng dan batubata.
Sebenarnya
ada potensi yang sangat berguna dari sekam. Dengan menjadikannya sebagai arang,
maka arang sekam tersebut bisa digunakan sebagai media tanam, khususnya untuk
tanaman hias. Arang sekam juga bisa digunakan sebagai briket dan memiliki
fungsi yang sama dengan arang yang digunakan penjual sate sebagai bahan bakar.
Potensi
lain dari sekam adalah abunya. Abu sekam
memiliki kandungan organik yang bisa berfungsi sebagai pupuk. Dengan
mencampurkan dengan pupuk lain sesuai dengan takaran yang tepat maka akan
terbuat pupuk yang sangat bagus.
Sekam
juga memiliki kandungan silika. Silika ini adalah salah satu unsur dalam
pembuatan semen. Dengan penelitian yang lebih lanjut maka bisa dijadikan sumber
untuk membuat bahan konstruksi yang kuat.
Sungai
Sungai |
Cukup
banyak sungai yang mengalir di negara kita. Selama ini pemanfaatannya yang
paling umum adalah untuk irigasi, mengairi sawah atau untuk perikanan. Beberapa
sungai besar dibendung lalu dibagun sistem irigasi sebagian lagi dijadikan
sebagai sumber energi untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). PLTA seperti
ini akan menghasilkan listrik dengan kapasitas yang besar dan bisa disalurkan
dalam lingkup wilayah yang luas.
Lalu
bagaimana dengan sungai yang bukan dalam kategori sungai besar, apakah bisa
dijadikan sumber energi? Jawabnya adalah bisa. Dengan memanfaatkan teknologi
mikrohidro, maka kebutuhan listrik di daerah terpencil bisa dipenuhi (daerah
yang memiliki sungai tentu saja).
Mikrohidro
adalah pembangkit listrik dengan tenaga air dalam skala yang kecil. Secara
konsep, mikrohidro ini sama dengan PLTA hanya saja tenaga listrik yang
dihasilkan lebih kecil. PLTA yang menghasilkan listrik di bawah 200 KW
digolongkan sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro.
Pengertiannya
secara teknis, mikrohidro adalah proses untuk mendapatkan energi listrik dengan
memanfaatkan aliran air(debit) dan ketinggian jatuh (head) air untuk
menggerakkan turbin yang selanjutnya menghasilkan listrik. Sederhananya bisa
dengan membendung sungai lalu jatuhnya air itu digunakan untuk menggerakkan
turbin (roda air) yang dijadikan sumber penggerak untuk generator. Generator
inilah yang akan menghasilkan listrik.
contoh skema mikrohidro (sumber) |
Dengan
skala yang kecil, katakanlah proses mikrohidro dapat menghasilkan daya 2000
Watt, lalu tiap rumah mendapatkan jatah 100 watt, maka bisa menerangi 20 rumah.
Jangan samakan dengan rumah-rumah di kota yang butuh listrik di atas 1000 watt
tiap rumah. Di pelosok negeri ini untuk penerangan sebatas menyalakan bohlam saja banyak yang
kesulitan. Untuk belajar pada malam hari banyak dari mereka yang masih
menggunakan pelita. Listrik adalah barang langka.
Memang
untuk membuat perangkat mikrohidro membutuhkan dana yang lumayan mahal, akan
tetapi untuk hitung-hitungan ke depannya, sumber energi ini akan lebih murah
daripada generator diesel yang membutuhkan makan solar banyak tiap harinya.
Apalagi mikrohidro merupakan energi putih yaitu energi yang memang telah
disediakan oleh alam dan ramah lingkungan.
Kesimpulan
Ini bukanlah konsep baru, sudah banyak diterapkan di desa-desa dan konsep
ini bukanlah konsep baku yang harus dilakukan sama persis dengan yang saya
gambarkan, tetapi tergantung dengan potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap desa.
Kenalilah apa yang dimiliki, dari apa yang dimiliki itu apa saja yang bisa dimanfaatkan.
Carilah proses yang benar-benar ramah lingkungan atau tidak ada limbah yang
merusak atau merugikan. Misal ada limbah dari suatu proses carilah
pemanfaatannya agar tidak terbuang percuma. Konsep ini juga bukanlah konsep
yang benar-benar ideal dan masih banyak kelemahannya. Ini hanyalah contoh
sederhana untuk pemanfaatan potensi dan untuk mengurangi ketergantungan energi
fosil yang disamping mahal dan hendak habis keberadaannya, juga merupakan
energi yang memiliki efek samping yang buruk. Dengan menciptakan banyak desa mandiri energi membuat mereka bisa menggerakkan laju kehidupan desa tanpa banyak tergantung dari luar, tetapi bisa memenuhi diri sendiri dari apa yang dimiliki.
Salam,
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya, Kebiasaan Bersahabat dengan Lingkungan
di daerah sumbawa (lupa nama desa nya, tapi desa di jalan raya dompu-lakey) ada satu desa yang seluruh rumah uda pake solar cell kak
BalasHapuspadahal terpencil bgt
mereka gak mau bergantung sama pemerintah dalam hal suplay listrik
gitu termasuk salah satu kriteria sustainable village juga khan kak?
wihhh keren itu..
Hapuspotensi tiap desa kan beda2,
solar cell jg bagus kok
indonesia seharusnya begitu...bisa menjadikan energi dari potensi yg ada di desa..sehingga tidak bergantung kepada energi berbahan baku fosil..yang hanya mencemari alam....
BalasHapusnamun entah kenapa pemerintah tidak menggiatkan hal ini.....
keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)
terimakasih mas hariyanto sudah mampir
Hapussalam :)
Limbah kini ada dimana-mana, kebanyakan dari limbah manusia itu sendiri.
BalasHapusSaran saya adalah, untuk penggunaan seperti plastik atau styrofoam lebih dikurangi. Dan untuk penggunaan Packaging Makanan lebih baik menggunakan bahan yang terbuat dari kertas.
Sebab kertas mengandung unsur yang dapat berbaur dengan tanah. So, jika kertas dibuang sembarangan oleh masyarakat maka kertas tersebut tidak akan mencemari lingkungan.