Di
Nusa Tenggara Timur, angkutan umum biasa memutar lagu dengan keras-keras.
Biasanya lagu yang diputar beraliran hip-hop atau house music, bisa dikata musik ajeb-ajeb. Bahasa musiknya tak hanya
Indonesia tetapi juga ada yang berbahasa Inggris atau bahasa daerah. Saya
pribadi tak begitu suka dengan jenis musik seperti itu, apalagi diputar dengan
suara keras, sangat tidak nyaman.
Mungkin
jenis lagu disko menjadi tren anak muda di wilayah NTT, atau bisa jadi juga
bagi orang tua, karena pengguna angkutan umum tak hanya para pemuda. Saya
perhatikan semua jenis angkutan umum memiliki fasilitas sound system yang bisa mengeluarkan suara yang menggelegar, dari
luar kendaraan saja terdengar begitu nyaring apalagi yang sedang berada di dalam,
yang tak terbiasa telinganya bisa kena gangguan. Sayang tak ada fasilitas ear plug, kalau ada saya pasti akan
menggunakannya.
Jenis
angkutan umum yang ada di sana adalah angkot, bus, juga oto kayu (truk yang bak
belakangnya dijadikan tempat penumpang). Banyak juga mobil pribadi yang
digunakan untuk membawa penumpang. Hampir semuanya memutar lagu dengan keras.
Hanya ojek saja yang tak pernah memutar lagu.
Jika kau mendengar sebuah lagu saat jatuh cinta, maka kau akan jatuh cinta saat mendengar lagu itu lagi - Anonim
Awal
Februari 2014 ini, saya bersama pacar saya berada di Kupang. Kami sebenarnya
hendak menuju Rote, akan tetapi badai dan gelombang yang tinggi membuat kami
mengurungkan niat itu. Selanjutnya kami mengubah tujuan untuk ke Flores saja
dengan menggunakan pesawat terbang.
Kami
menginap di daerah dekat Kota Lama Kupang. Untuk menuju bandara El Tari ada
beberapa pilihan, ojek dan angkot ada di list pertama. Di sini angkot disebut
dengan bemo. Banyak sekali jurusannya dan ternyata tidak ada bemo yang
mengantar tepat sampai di bandara. Akhirnya kami memilih untuk naik bemo
terlebih dahulu lalu disambung dengan naik ojek. Pilihan ini diambil karena
jika naik ojek dari tempat kami menginap sampai bandara, tukang ojeknya mematok
harga yang cukup mahal.
Kami
naik bemo tujuan Oesapa. Selain kami hanya ada dua penumpang lain. Memang tak
begitu ramai penumpang hari itu, mengingat itu hari minggu yang bisa digunakan
masyarakat untuk bersantai di rumah saja.
Tak
ada yang istimewa dari bemo yang kami naiki. Hanya saja ketika kami sudah masuk
ke dalamnya, saya baru menyadari kalau lagu yang diputar bukanlah lagu jenis
ajeb-ajeb. Musik slow rock lawas sedang keluar dari dalam speaker. Memang
suaranya tetap memekakkan telinga, tapi setidaknya lagunya bisa saya nikmati.
Lumayan.
Setelah
beberapa lagu diputar, tak disangka-sangka lagu selanjutnya adalah lagu favorit
kami berdua. Dari mulai intro, saat itu pula kami saling berpandangan,
tersenyum dan berpegangan tangan. Ummm, kalau saja momen itu tidak di tempat
umum mungkin saja kami selanjutnya akan…… menyanyi bersama dengan keras-keras.
“I
wanna make you smile, whenever you’re sad…..” Adam Sandler mulai mengeluarkan
suaranya. Kami sama-sama tersenyum. Saya tak bisa membaca pikirannya tapi saya
yakin dia merasakan hal yang sama dengan saya, gembira yang datang tiba-tiba.
Bagi
kami, itu adalah lagu yang sangat berkesan dan sangat romantis dalam hubungan
cinta kami. Lagu itu bukanlah lagu cinta mainstream yang sering diputar
dimana-mana. Di tempat yang biasa memutar lagu disko, secara sangat kebetulan
lagu yang diputar adalah lagu yang sangat jarang diputar dimanapun, akan tetapi
saat kami ada di dalamnya lagu I Wanna Grow Old With You lah yang terputar. Itulah
yang membuat momen di dalam bemo kali itu terasa sangat romantis. What a coincidence.
Dalam
perjalanan memang banyak terjadi hal-hal yang sangat mengejutkan dan tak
disangka-sangka. So far, momen di
dalam bemo itulah yang menjadi kejadian paling romantis yang pernah kami
rasakan. Meski hanya di dalam sebuah angkot.
"I could be the man who grows old with you... I wanna grow old with you." Adam Sandler mengakhiri lagu itu.