Sudah
cukup banyak aku menuliskan tentang perjalanan ke Komodo dan Nusa Tenggara
Timur, tetapi tak ada penjelasan rinci mengapa aku begitu tergila-gila dengan
daerah itu. Komodo baik hewan maupun
kepulauannya adalah sesuatu yang sangat istimewa tetapi bukan hanya itu saja
yang membuatnya begitu membekas dalam hidupku. Jawabannya adalah karena aku
menemukan cinta di sana.
Dua
tahun lalu saat pertama kali mengunjungi Komodo, aku menumpang kapal rombongan
dokter yang sedang tugas PTT di kawasan NTT.
Dari 11 orang dalam rombongan itu, 10 orang adalah perempuan, dan salah
satunya adalah wanita yang mempesona hatiku.
Di
antara rombongan dokter wanita yang semuanya terlihat seperti putri raja itu,
dia terlihat seperti dewi kahyangan. Bagiku dia begitu sempurna, namun kesempurnaan
itu juga tak membuatku memiliki nyali berlebih untuk sekedar menatapnya lebih
dari 5 detik. Dari sekian banyak permata yang dia miliki, yang bisa aku curi
hanyalah pandangan, ya aku hanya bisa mencuri pandang. Bahkan kacamata hitamku
aku gunakan sebagai tameng untuk menutupi pandanganku padanya. Pengecut.
Aku
justru berbincang dengan orang lain tentang diriku. Ada satu kata yang
sepertinya menarik perhatiannya. Bali. Ya kata Bali. Aku mengungkapkan kalau saat
itu homebaseku adalah di Bali.
Mungkin itu adalah umpan kail yang sangat menarik bagi ikan raksasa yang susah
untuk ditemukan dan tanpa sengaja dipasang di ujung kail lalu disambar oleh
ikan yang diharapkan.
Dia
lalu ikut dalam percakapanku. “Oh kamu tinggal di Bali ya, nanti kalau aku ke
sana aku boleh nanya-nanya kamu ya?” kalimat pertama yang muncul dari mulutnya
yang mungil kepadaku. Aku adalah lelaki dan dia adalah wanita, tapi justru dia
yang memiliki kejantanan untuk memulai percakapan. Kalimat pertama pun bukan
pertanyaan nama atau perkenalan tapi malah tentang tempat tinggal.
Setelah
perkenalan yang agak unik itu, anehnya percakapan kami selanjutnya seperti
kereta api eksekutif yang melaju di atas rel, jarang berhenti dan bahkan selalu
didahulukan. Bahkan aku merasa kami sangat jarang berhenti di stasiun untuk
sekedar menurunkan tensi percakapan, aku ingin melaju terus menuju stasiun
pemberhentian terakhir.
Aku
rasa aku jatuh cinta padanya. Cinta yang muncul meski belum lama bertatap muka.
Aku pikir ini adalah eros. Eros
adalah energi cinta yang terdalam dari seorang manusia kepada lawan jenisnya.
Eros bukanlah storge (cinta pada
keluarga), philia (pertemanan)
ataupun agape (cinta pada Tuhan).
Ini
seperti hujan deras yang turun setelah musim kemarau berkepanjangan. Ini adalah
petrichor, bau wangi yang menguar
dari tanah kering setelah tertimpa air hujan untuk pertama kali. Wangi yang
menentramkan. Aku yakin inilah cinta yang datang setelah kehampaan. Aku yakin
dialah jawabannya.
Kapal
yang kami tumpangi terus melaju membelah lautan menuju Pulau Komodo. Semuanya
terlihat begitu indah di mata, begitu juga dengan apa yang hatiku rasakan.
Debar-debar yang menggetarkan jiwa. Air laut terlihat begitu bening hingga di
dalamnya terlihat terumbu karang yang sangat elok. Meski hati wanita tak bisa
dipadupadankan dengan kebeningan air laut ini, tapi aku juga bisa melihat
menembus ke dalam hatinya bahwa di dasarnya dia juga merasakan debar-debar yang
sama. Setidaknya siapa pula yang melarangku untuk merasakan optimisme ini.
When you want something, all the universe
conspires in helping you to achieve it. Benar saja, sepertinya Pulau Komodo
mengajak dunia untuk membuatnya merasakan hal yang sama kepadaku. Selang
beberapa minggu kemudian, kami layaknya sepasang kekasih yang saling berbagi
cinta. Cinta pandangan pertama itu nyata. Menemukan cinta di ujung telapak kaki
saat perjalanan itu bukan omong kosong belaka.
Cinta
itu bisa datang tiba-tiba. Cinta itu bisa muncul dari sebuah kebetulan yang tak
disangka. I believe this serendipity is written
as my destiny.
Salam kenal untuk mbak dokternya mas wis.hehehe :D
BalasHapushehehe oke yap :D
HapusWah seandainya aku ikut merekam kejadian itu.. pasti aku akan menulis lebih panjang dari mas Wisnu hahahaha... congrats buat cintanya, btw bu dokter yang sedang duduk di foto atas itu bukan?
BalasHapushehe iya mas bek, yg di foto itu :D
HapusNTT benar2 stole your heart yah nampaknya :-)
BalasHapus***
Perpustakaan Romawi Kuno di Ephesus
indeed kak feb :D
Hapuskira2, kapan ya saya bisa sekapal dengan rombongan dokter perempuan seperti itu?? #ngarep :)
BalasHapusSemoga bisa mengunjungi Komodo tahun ini
BalasHapusamin,,semoga terlaksana :)
Hapusselamat!
BalasHapusKalo scorpion suka lawan jenis mah, EROS BANGETTT!!! Hahaha!! Horay!!! Banzaii!! Banzaii!! *serius bahagia banget baca pos ini*
BalasHapusahihihiww :)))
Hapus*nungguin jadwal tim dokter cowok PTT juga*
BalasHapusom bolang bukan dokter mbakkk :))))
Hapus